Monday, August 16, 2010

SUMBER SEMANGATKU

SUMBER SEMANGATKU!!!


Namaku adalah Mohammad Wahyu Sautomo. Sejak ibuku melahirkanku di Jakarta 19 tahun silam, aku telah menyusahkannya. Karena aku dilahirkan dalam keadaan sungsang dan tidak normal. Aku dibesarkan dengan penuh cinta dari kedua orang tuaku. Hidup dengan tiga saudara perempuan, menjadikan aku sebagai anak kesayangan dan kebanggan orang tuaku, karena aku hanya satu-satunya anak laki-laki dalam keluargaku ini. Ayahku dulunya seorang HRD disebuah perusahaan sarung jok mobil sejak tahun 1990. Dikarenakan krisis moneter tahun 1998 membuat perusahaan itu bangkrut dan tutup pada tahun 2007. Sejak itu, ayahku menjadi seorang pengangguran. Satu-satunya sumber penghasilan keluarga telah tiada. Keluarga kita mengalami masa yang benar-benar sulit. Lebih ironisnya lagi, beberapa bulan setelah di PHK, ayahku terkena stroke dan tidak dapat berjalan selama beberapa bulan. Saat itu, aku yang masih duduk dibangku kelas 1 SMA terancam harus berhenti sekolah. Karena biaya yang begitu mahal dan tak mampu. Keadaan ini membuat aku patah semangat dan putus asa. Tapi tidak untuk ibuku. Dia rela berjalan keliling-keliling dari rumah ke rumah berjualan gorengan, pakaian dan snack-snack ringan setiap hari dari pagi, disambung sore hanya untuk membiayai sekolahku dan kebutuhan hidup. Cucuran keringat dan letih yang dirasa tiap pulang,setiap hari, tak melunturkan semangatnya sedikit pun. Aku begitu terharu dan merasa begitu prihatin setiap kali melhat ibuku pulang dari berjualan dengan segudang rasa letih yang dipikulnya.

Sejak saat itu aku dan kakakku mulai berusaha berpikir bagaimana supaya bisa minimal membiayai sekolah kita sendiri dan mengurangi sedikit beban orang tuaku. Dimulai dari berjualan koran dipinggiran jalan, berjualan plastic dan aqua di pasar hingga akhirnya Allah memberikan aku jalan supaya aku menjadi guru privat di daerah sekitar tempat tinggalku. Kakakku pun ikut menjadi guru privat seperti aku. Semangatku mulai bangkit dan bergelora. Semenjak saat itu, aku sadar dan merasakan betapa beratnya perjuangan mereka semua. Kedua orang tuaku adalah kekuatanku. Mereka adalah sumber semangatku. Saat aku sedang pusing dengan begitu banyak tugas, hafalan rumus-rumus dan semua masalah disekolah, aku selalu teringat wajah ibuku dirumah yang bercucuran keringat tetap bersemangat tanpa pernah mengeluh sedikit pun. Dan itulah yang terus membuat aku semangat. Semangat bahwa aku ingin menjadi orang yang sukses dan berhasil suatu kelak nanti. Sehingga dapat membahagiakan kedua orang tuaku, dan ibuku tak perlu berjualan lagi. Tak peduli, betapa beratnya jalan yang aku harus lalui, aku akan terus berusaha dan aku ta ingin mereka tahu seberapa besar perjuanganku, seperti ibuku yang tak pernah tentang seberapa besar perjuangannya menghidupi keluarga ini.

Hingga Allah menakdirkan ayahku bisa sehat kembali, Ayahku mulai mencari kerjaan dan berwirausaha hingga kini dan Alhamdulillah keluargaku mulai berangsur-angsur membaik. Tapi semangatku akan tetap membara buat kedua orang tuaku.

No comments:

Post a Comment